Home » » PENYIMPANAN PUPUK ANORGANIK

PENYIMPANAN PUPUK ANORGANIK

Written By jual peralatan laboratorium on Saturday, January 4, 2014 | 6:59 PM

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen (Wikipedia, 2010).
Setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan ke tanaman untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimia dan biologi tanah agar sesuai dengan tuntutan tanaman. Pemupukan merupakan setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman.
Pupuk anorganik dalam prosesnya dapat disimpan digudang, dikios pupuk atau dirumah. Dalam proses penyimpanan penting diketahui apakah pupuk memerlukan alas atau tidak dalam proses penyimpanannya. Praktikum penyimpanan pupuk anorganik ini dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui jenis pupuk yang dapat disimpan dengan menggunakan alas atau tanpa alas, pada kondisi tertutup atau terbuka, sebagai informasi dalam proses penyimpanan pupuk dilapangan dalam skala besar.

1.2 Tujuan
Praktikum pencampuran pupuk anorganik ini diharapkan :
1.      Agara mahasiswa mampu menyimpan pupuk anorganik dengan baik
2.      Agar mahasiswa mengetahui pupuk anorganik yang dapat disimpan lama atau langsung dipergunakan.


BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1  Waktu dan Tempat
Praktikum penyimpanan pupuk dilaksanakan pada hari Jum’at/ 5 Februari 2010. Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium tanah Politeknik Negeri Jember.

2.2  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu : petridis, dan sendok. Bahan-bahan yang digunakan  yaitu : pupuk anorganik (Urea, ZA, ZK, SP-36, KCl).

2.3  Metode Praktikum
Praktikum penyimpanan pupuk dilakukan di laboratorium tanah. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Petridis dipersiapkan kemudian pupuk dimasukkan masing-masing yaitu pupuk Urea, ZA, ZK, SP-36 dan KCl, penyimpanan pupuk ini terdiri dari 3 perlakuan yaitu perlakuan petridis ditutup, perlakuan petridis dibuka, dan perlakuan petridis ditutup memakai alas. Petridis diberi label lalu disimpan di suhu ruang. 



BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Table 3.1 Pengamatan Penyimpanan Pupuk
No.
Pupuk
Penyimpanan
Tertutup
Terbuka
Tertutup alas
Pengamatan 9 Februari 2010
1.
Urea
Belum ada perubahan
Berair
Belum ada perubahan
2.
SP 36
Belum ada perubahan
Belum ada perubahan
Belum ada perubahan
3.
KCl
Ada yang sedikit berair
basah
basah
4.
ZA
Belum ada perubahan
Berair sebagian
Belum ada perubahan
5.
ZK
Belum ada perubahan
Belum ada perubahan
Belum ada perubahan
Pengamatan 11 Februari 2010
1.
Urea
Berubah jadi cair
memadat
Memadat
2.
SP 36
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
3.
KCl
Berubah jadi cair
basah
Basah
4.
ZA
memadat
basah
memadat
5.
ZK
memadat
Semi memadat
Semi memadat

3.2 Pembahasan
   Berdasrkan data pengamatan pada table 3.1 perlakuan penyimpanan pupuk terdiri dari tertutup, terbuka dan tertutup dengan menggunakan alas. Hal ini memiliki perubahan atau hasil yang berbeda dari ke lima jenis pupuk yang dilakukan penyimpanan dalam praktikum yaitu Urea, ZA, ZK, KCl dan SP-36. Pada pengamatan pertama hampir semua pupuk tidak mengalami perubahan dari keadaan semula praktikum kecuali KCl pada semua perlakuan dan ZA pada kondisi terbuka. Selanjutnya pada pengamatan kedua terjadi perubahan secara keseluruhan mulai dari memadat, semi padat dan mencair. Pada kondisi tertutup Petridis udara tetap masuk sehingga pupuk lama kelamaan berubah bentuknya begitupun yang memakai alas petridis tidak tertutup rapat sehingga tetap berubah. Hal ini dalam aplikasinya dilapangan pupuk harus benar-benar di kemas dengan baik jangan ada udara masuk ke dalam pupuk selain itu proses penyimpanan dilakukan digudang dalam kondisi yang baik dan menggunakan alas karena hal itu penting jangan terjadi kontak langusng dengan lantai sehingga pupuk menjadi menjadi rubah bisa mejadi padat ataupun mencair.
Menurut Hanum (2008) penyimpanan pupuk merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, kerena penyimpanan pupuk yang ceroboh dapat merusak, sifat kimia dan fisik pupuk. Pupuk yang bersifat hidroskopis tidak boleh disimpan secara ceroboh, pupuk tersebut dapat menjadi lembab dan mencair atau bila kelembapan berkurang pupuk menjadi keras dan membentuk bongkah-bongkah besar sehingga sulit dalam hal aplikasinya. Penyimpanan pupuk sering dilakukan digudang-gudang pelabuhan. Letak gudang pupuk harus jauh dari api atau bahan yang mudah terbakar, dan gudang tidak boleh lembab. Kelembapan di dalam gudang dapat menimbulkan penggumpalan pupuk atau mecairnya pupuk. Mencairnya pupuk akan mempercepat rusaknya karung pembungkus pupuk. Selanjutnya pupuk mudah tercecer dan atau tercampur satu sama lain. Dalam mengatasi pengaruh kelembapan perlu adanya perhatian khusus dalam pembuatan gudang .
Gudang permanen atau gudang yang digunakan untuk penyimpanan pupuk dalam waktu yang lama, dinding dan lantainya harus dibuat dari beton. Lantai gudang harus dilapisi dengan bahan aspal atau bahan lain. Bagi kios pupuk, koperasi unit desa yang menyimpan pupuk dalam waktu pendek, dinding gudang hendaknya dibuat dari seng, jira lantai terbuat dari semen maka harus diberi alas balok berjarak 0.5-1m. Atap gudang tidak boleh bocor agar pupuk tidak terkena hujan yang dapat merusak sifat fisik kimia pupuk. Pupuk yang mengandung asam keras akan menghancurkan karung pembungkus pupuk, akibatnya pupuk tercecer bersatu sama lain dan terjadi reaksi kimia yang mengurangi mutu pupuk. Pintu gudang hendaknya diletakkan pada dua bagian sisi gudang sehingga memudahkan pengambilan pupuk pengambilan pupuk persediaan lama dan memudahkan pula penyimpanan pupuk yang baru datang serta dapat dipisahkan secara mudah terhadap letak pupuk. Peredaran udara dalam gudang diusahakan sebaik mungkin dan selalu segar, oleh karenanya dibutuhkan beberapa ventilasi yang pembukaan dan penutupannya dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi cuaca (Hanum, 2008).
Tidak dibenarkan untuk mencapur gudang untuk pupuk dengan gudang untuk biji-bijian atau benih atau sebagainya, karena dapat mempengaruhi kualitas pupuk. Dalam hal penyimpanan pupuk sebaiknya dilakukan pemisahan antara jenis pupuk yang satu dengan lainnya. Hal ini selain memudahkan pengawasan juga untuk menjaga mutu pupuk. Tumpukan dalam gudang yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya karung, dan tidak stabilnya tumpukannya. Pupuk yang dibagian bawah akan mengalami tekanan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan pupuk menjadi keras. Oleh karenanya dalam hal tumpukan pupuk yang perlu diperhatikan adalah:
Letak tumpukan
Harus ada jarak cukup lebar antara tumpukan satu dengan lainnya dan juga letak tumpukan pupuk dengan dinding gudang. Hal ini penting disamping memudahkan pekerja dalam hal menumpuk juga menghindari kelembaban yang tinggi jika menempel pada dinding gudang.
Karung yang ditumpuk
Tingginya tumpukan karung harus mempunyai ukuran, berat, isi dan bahan yang bagian mulut karung mengarah ke dalam. Cara ini memberikan tumpukan yang mantap serta tidak mudah roboh.
Tinggi tumpukan
Tinggi tumpukan bergantung pada alat apa yang digunakan sewaktu melakukan pekerjaan penumpukan. Bagi yang menggunakan alat tumpukan dapat mencapai 20 karung, akan tetapi jika dengan tenaga manusia hanya 10 tumpukan (Hanum, 2008).


BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka mahasiswa mampu melakukan penyimpanan pupuk dalam praktikum, sehingga mahasiwa mengetahui dan dapat mengaplikasikan dilapangan dalam hal penyimpanan pupuk di gudang, di kios maupun di rumah.

4.2 Saran
1.      Mahasiswa harus terus meningkatkan keterampilan dalam penyimpanan pupuk.
2.      Penyimpanan pupuk dalam aplikasinya harus dilakukan dengan baik sesuai prosedur.



DAFTAR PUSTAKA


Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1. jakarta: Diraktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Irawan, T.B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Jember: Politeknik negeri Jember.

Wikipedia. 2010. Pupuk. http://wikipedia.com/pupuk [6 Maret 2010].


























0 comments:

Post a Comment