Secara umum iklim
sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik parameternya,
seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi
pada suatu tempat di muka bumi. Untuk mengetahui kondisi iklim suatu
tempat, menurut ukuran internasional diperlukan nilai rata-rata
parameternya selama kurang lebih 30 tahun. Iklim muncul akibat dari
pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya
perputaran/revolusi bumi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365
hari serta rotasi bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi
matahari yang diterima berubah tergantung lokasi dan posisi geografi
suatu daerah. Daerah yang berada di posisi sekitar 23,5 Lintang Utara –
23,5 Lintang Selatan, merupakan daerah tropis yang konsentrasi energi
suryanya surplus dari radiasi matahari yang diterima setiap tahunnya
(MenLH, 2003).
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar
matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut
terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca
(ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang
masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca,
sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
A. Efek Rumah Kaca
Efek
rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet
atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami
Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya
membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda
langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek
rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca
ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan
global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima
kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida
(CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara
dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Energi yang masuk ke
bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra
merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah
yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya,
untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah
kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara
siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur
dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2)
serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro
fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
meningkatkan efek rumah kaca.
Gas Kontribusi Sumber emisi global %
CO2 45-50% Batu bara 29
Minyak Bumi 29
Gas alam 11
Penggundulan hutan 20
lainnya 10
CH4 10-20%
Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan
iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang
dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang
dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan
akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu
rata-rata bumi 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca
tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global
antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas
CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang
dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan
mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati
manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33
derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs
(Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur
hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan
manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil
(minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik,
kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga
dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas
pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut,
seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya
konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK
secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar
terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya
jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu
rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan
Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan
kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali
berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun
sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau
lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu
komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa
(stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer)
atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu
yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek
rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di
atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan
bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu
parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi,
terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan
suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya
garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan
yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan
anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole
(IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau
dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen,
krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya
B. Pemanasan Global
Pemanasan
global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut
dan daratan Bumi (wikipedia) . Gas rumah kaca (CO, CO2, CFCs, O3, NOx)
dituduh sebagai penyebab dari pemanasan global. Akan tetapi seandai bumi
ini tidak mempunyai gas2 rumah kaca maka bumi ini akan mempunyai suhu
33 derajat celesius dibawah 0. konsetrasi gas2 rumah kaca mengalami
peningkatan pada tahun2 belakangan ini. Ada yang bilang karena ulah
manusia, ada yang bilang karena aktifitas geologi, ada yang bilang
karena siklus carbon di laut terhambat. Entah si CO2 datang dari mana,
yg jelas peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini menyebabkan jumlah
energi matahari yang dipantulkan kembali kebumi menjadi lebih besar atau
dengan kata lain ada hubungan antara peningkatan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer dengan pemanasan global. Gas CO2 menyumbang 50% dari
pemanasan global, sedangkan gas CFCs, CH4, O3, dan NOx masing-masing
menyumbang lebih kurang 20%, 15%, 8% dan 7% bagi pemanasan global.
Kelompok studi lingkungan Federal Climate Change Science Program pada
tanggal 2 mei 2006 mengeluarkan statement bahwa manusia mempegaruhi
terjadinya perubahan iklim global. Salah satu akibat dari pemanasan
global itu adalah perubahan iklim. Ternyata salah satu yang dituduh itu
manusia yg menyebabkan kandungan CO2 di bumi meningkat. Menurut
pendukung teori ini, CO2 di bumi telah meningkat secara drastis akibat
dari aktivitas manusia dan aktivitas manusia pula yang menyebabkan
terhambatnya penyerapan CO2 kembali oleh tanaman. Manusia berperan ganda
deh dalam peningkatkan CO2 di atmosfer. Tanaman yg dalam tulisan ini
saya konotasikan dengan hutan yg merupakan penyerap utama CO2 di
atmosfer yang berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. makanya
indonesia dianggap sebagai paru2 dunia.
Aktifitas manusia yg menggunakan bahan bakar fosil itu dituduh sebagai
biang keladi peningkatan CO2 diatmosfer, tapi ada yang bilang kalo bukan
itu penyebabnya. pendukung teori ini mencoba menjelaskan kalo ternyata
pemanfaatan bahan bakar fosil (selain batu bara) tidak selalu
menyebabkan peningkatan kadar CO2 di atmosfer.
Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon itu karena siklus
karbon sebagian besar terjadi dilaut. Menurut ahli biologi hanya 10
persen siklus carbon terjadi di darat sedangkan sisanya terjadi di laut.
Jadi terganggunya siklus carbon dilautlah yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global. Banar begitu??? Coba perhatikan teori ini, nanti
teman2 sendiri yang menyimpulkan “semakin tinggi suhu permukaan laut
maka akan semakin rendah proses penyerapan karbon di udara oleh laut
atau dengan kata lain siklus karbon terganggu”, “pemanasan global
menyebabkan temperatur permukaan laut meningkat, salah satu akibatnya
adalah fenonema Iklim El Nino dan La Nina”.
Siklus Karbon pendapat lain mengatakan bahwa pemanasan global disebabkan
oleh sinar kosmik. berdasarkan peneltian pakar2 ini. sinar kosmik yg
berasal dari luar angksa mempengaruhi terciptanya awan2 di atmosfer
bagian bawah. berdasarkan peneltian mereka, sinar kosmik tenyata mampu
meningkatkan terjadinya pembentukkan awan di atmosfer bagian bawah,
dimana semakin tinggi sinar kosmik yg masuk ke bumi, maka semain tinggi
jumlah awan yg tercipta. awan memantulkan sekita 20% energi matahari
kembali keluar angkasa. dengan semakin bnyaknya awan, maka energi
matahari yg masuk kebumi akan semakin kecil dan bumi semakin dingin.
menurut mereka pada abad 20 ini sinar kosmik yg masuk kebumi semakin
sedikit, sehingga roses terciptanya awan juga semakin kecil dan akhirnya
bumi semakin panas
bumi semakin panas akibat dari matahari yg semakin bergejolak. matahari
dalam seabad ini sering bangat muncul bintik2 matahari akibat ledakan
energi hidrogen. berdasarkan penelitian, ternyata semakin banyak jumlah
bintik2 itu, maka energi panas yg dipancarkan oleh matahari juga semakin
tinggi yang akan mempengaruhi juga panas di bumi.
Bulan januari tahun 2007 menjadi bulan januari terhangat sepanjang 100
tahun ini, dimana suhu rata2 bulan januari 2007 0.85 0C lebih tinggi
dari suhu rata2 bumi bulan januari yaitu 12 0C. Dan diperkirakan tahun
2007 ini akan menjadi tahun terpanas sepanjang 100 terakhir diamana akan
meningkat 0.54 0C dari suhu rata2 tahunan sebesar 14 0C. Tahun terpanas
selama ini jatuh pada tahun 1998 yaitu 0.52 0C lebih panas dari suhu
rata2 tahunan. dibelahan bumi bagian utara yaitu eropa timur dan rusia
kenaikan suhu bulan januari adalah 4 0C dan Kanada 2.5 0C dari suhu
rata2 tahunan.
Tahun 2006 sendiri merupakan tahun terpanas ke-6 selama 100 tahun ini,
yaitu naik 0.42 0C dari suhu rata2 tahunan. Sedangkan kantor meteorologi
Inggris menyebutkan bahwa tahun 2006 merupakan tahun terpanas di
Inggris. 10 tahun terhangat pada abad 20 ini terjadi setelah tahun 1980
dan 3 tahun terhangat terjadi setelah tahun 1990.
Peningkatan suhu bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut sebuah
konfrensi tentang perubahan iklim di inggris bila suhu bumi meningkat
lebih dari 2 0C maka sebagian spesies akan punah dan bahkan ekosistem
bisa hancur, kelaparan akan terjadi dimana khususnya di negara
berkembang dan air bersih aka menjadi barang yang sangat langka.
Para ilmuwan memperkirakan pada tahun 2100 suhu bumi akan meningkat 1.4 –
5.8 0C. Kenaikan temperatur ini akan menyebabkan mencairnya es dikutub
utara dan mnghangatkan lautan sehingga mengakibatkan meningkatnya voleme
lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm, menimbulkan
banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau.
Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang
lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan
tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di
beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah
kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan
musnah. Penelitian lain mengungkapkan bahwa dalam waktu 1000 tahun yang
akan datang permukaan laut akan meningkat setinggi 7 meter dari keadaan
sekarang.
Berdasarkan simulasi model iklim, juga dapat diperkiarakan pada musim
panas tahun 2040 es- es dikutub utara seluruhnya akan mencair bila kadar
pelepasan emisi gas-gas rumah kaca tetap setinggi saat ini. Berdasarkan
pemgamatan dengan menggunakan satelit pengindraan jauh, pada bulan
september 2006 luas daratan es di kutub utara hanya 1.9 juta Km2 atau
seluas daratan Alaska menurun sekitar 4 juta Km2 dalam kurun waktu 10
tahun.
Pemanasan global yg berhubungan langsung dengan perubahan iklim
berdampak sangat luas terhadap kehidupan di bumi ini. Menurut ahli
geologi sejak 1 juta tahun yg lalu sudah 10 kali suhu bumi meningkat dan
selalu berkorelasi dengan peningkatan CO2 di bumi. Akan tetapi yang
paling menghawatirkan adalan pemanasan yg terjadi dalam 20 tahun
terakhir ini, pemanasan yg terjadi sudah melebihi pemanasan yg terjadi
pada jaman medieval (1000 tahun yg lalu). pada jaman itu bumi juga
mengalami pemanasan. Saat ini, atmosfir berisi komponen utama gas rumah
kaca, yaitu CO2, sebanyak 380 ppm (380 molekul per satu juta molekul).
Sebelum revolusi industri terjadi, jumlah CO2 adalah 275 ppm. Agar suhu
bumi tidak naik sampai 2 0C, maka kadar CO2 di atmosfer harus berada di
bawah 450 ppm.
IPCC panel memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer
tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat
selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya.
CO2 akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih
sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus
meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi CO2 di atmosfer dapat
meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan
masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim
secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah
terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi
masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
Bukti dampak dari pemanasan global akhir2 ini sudah sering ditemui.
Selain menyusutnya es di kutub utara, iklim yg tidak menentu dan
seringnya terjadi badai merupakan efek lain dari pemanasan global.
Menurut penelitian di Belanda, anak burung koolmees yaitu burung pemakan
serangga menetas jauh sebelum waktu yang seharusnya. Mereka kekurangan
pangan karena belum musim ulat, sebagai akibat dari perubahan siklus
iklim.
Kekeringan, kebakaran, munculnya berbagai macam penyakit tropis (malaria
dan DB), banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di indonesia
merupakan salah satu efek dari pemanasan global, walaupun tanpa harus
memungkiri ada pengaruh2 lain dari peristiwa-peristiwa itu. Pada tahun
2002 puso melanda pantura seluas 12.985 ha sehingga menurunkan produksi
padi di daerah tersebut. Tahun 2003 luas sawah yang mengalami kekeringan
adalah 450.000 ha dimana 100.000 ha sawah tersebut mengalami puso.
Daerah Jawa -Bali terjadi peningkatan kasus malaria, dari 18 kasus per
100 ribu penduduk jadi 48 kasus per 100 ribu penduduk, tahun 1998, naik
hampir tiga kali lipat. Sementara di luar Jawa Bali, terjadi peningkatan
sebesar 60% dari 1998 sampai tahun 2000. banjir yang terjadi di jakatra
tahun 2002 merupakan akibat dari curah yang di atas rata2, dimana curah
hujan saat itu adalah 107 mm sedangkan normalnya adalah 50 mm. Tahun
2007 kemarin curah hujan juga mencapai 250 mm.
“Masalah terbesar bukan tentang teknologi atau biaya, tetapi mengatasi
hambatan politik, sosial dan perilaku dalam upaya mengurangi emisi (Bert
Metz dan Detlef van Vuuren)”
Pada tulisan Pemanasan Global (Catatan mengenai sebabnya), ditulis
beberapa teori tentang penyebab pemanasan global atau khususnya
peningkatan gas rumah kaca, lebih khususnya lagi gas CO2 itu adalah
manusia, aktivitas gunung api dan juga pemanasan permukaan laut. Dua
sebab yang terakhir jelas kita ga bisa ngapa2in karena itu adalah proses
alam. Kita cuman bisa pasrah dan berusaha cepat beradaptasi. Tapi klo
yang disebabkan oleh manusia, kita masih masih bisa bertindak, karena
itu adalah kita sendiri. Untuk pemanasan permukaan laut, sebagian ahli
menganggap bahwa itu adalah efek domino dari pemanasan global. Tapi
sampai sekarang belum diketahui mana yang duluan, pemanasan muka air
laut atau peningkatan gas CO2.
Semua butuh energi, dan selama ini kita memanfaatkan energi yang tidak
terbaharukan. Kesalahan pengelolaan energi oleh manusia dituduh sebagai
penyebab utama peningkatan pemanasan global. Jadi energi ini harus
dikelola dengan baik. Sumber energi utama dibumi adalah energi matahari.
Tapi jarang sekali manusia yang memanfaatkan energi ini. Tumbuhan
secara alami sudah memanfaatkannya melalui proses fotosintesis.
C. Cuaca dan Iklim
Cuaca
dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal
yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik
udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim
merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca
yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca
dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu
cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji
peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas,
sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga
mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan
gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan
daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep
yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke
hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam
jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata,
karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi
atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi
episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat
selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada
nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau
nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.
Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001)
mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang
dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang
merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim
teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah
satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino
dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah
hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi
sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari
variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim.
Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban
udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin.
Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat
yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anonim).
Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim
antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002)
adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi
lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah
angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis
vegetasi. Gambar dibawah adalah gambar dari sistem iklim secara umum
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan
dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses
fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet
bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan
planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh
bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi
yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam
memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu
(Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan
unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada
kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah,
intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi
yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara
global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini
mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan
iklim dari kondisi normal.
Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim
siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10
tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya
akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan
iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh
dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.
D. Daftar Pustaka
http://wikipedia.com/efek rumah kaca/
http://mbojo.wordpress.com/2008/07/17/hubungan-efek-rumah-kaca-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim/v
http://mbojo.wordpress.com/2007/04/10/pemanasan-global-catatan-mengenai-sebabnya/
http://mbojo.wordpress.com/2009/04/25/pemanasan-global-catatan-mengenai-cara-menggurangi-dampaknya/
http://mbojo.wordpress.com/2007/04/15/cuaca-dan-iklim/
0 comments:
Post a Comment