Home »
KULTUR JARINGAN
» PENGUJIAN BIBIT INVITRO ANGGREK
PENGUJIAN BIBIT INVITRO ANGGREK
Written By jual peralatan laboratorium on Saturday, January 4, 2014 | 9:29 PM
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyediaan bibit dalam pengembangan suatu tanaman atau dalam suatu
proses produksi merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Proses
produksi skala besar seperti tanaman hortikultura akan memerlukan bibit
dalam jumlah besar, bibit dari varietas unggul, bebas hama dan penyakit
dan penyediaan yang kontinyu. Bibit dari suatu varietas unggul yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman jumlahnya sangat terbatas, sedangkan
bibit dibutuhkan sangat banyak. Beberapa tanaman hortikultura banyak
yang sulit diperbanyak dengan konvensional baik secara vegetatif maupun
generatif, selain itu bila diperbanyak dengan cara cangkok, stek, atau
penempelan memerlukan bahan tanaman yang sangat besar untuk medapatkan
bibit dalam jumlah besar (Ekawati, 2008).Merawat
anggrek tidaklah sulit maka rasanya kurang tepat jika kita beranggapan
bahwa mengurus anggrek perlu perhatian yang sangat teliti. Karena
Anggrek termasuk tanaman yang bandel. Anggrek Bulan menyukai sinar
matahari yang tidak terlalu menyengat. Anggrek Bulan senang hidup di
tempat yang tidak terlalu basah, dengan kelembaban yang tidak berlebih.
Kalau terlalu basah tanaman malah mudah busuk, karena bisa timbul
bakteri yang akan menyerang ke akar.
Anggek Dendrobium dapat dinikmati keindahannya dengan berbagai cara
yaitu tidak hanya sekedar di pot tapi juga menempel di pohon karena
sifatnnya epifit. Mirip dengan habitatnya di pohon beberapa Dendrobium
diatur berderet di batang kayu mati. Anggrek disusun sedemikain rupa
sehingga tampil unik di sela-sela kayu soliter yang disangga besi.
Keindahan Dendrobium semakin menonjol apabila ditata dalam taman,
tampilan seperti itu sering digunakan saat pameran anggrek nasional
maupun internasional. Penggunaan anggrek Dendrobium tak sebatas hanya
sosok tanaman, pemanfaatan sebagai bunga potong juga demikian populer
(Trubus, 2005).
Berdasarkan pengamatan angggrek Dendrobium memiliki banyak kegunaan
sehingga pangsa pasar anggrek Dendrobium sangat luas, mulai dari
konsumen kalangan atas hingga bawah. Anggrek pot umumnya dinikmati
sebagai penghias perumahan, perkantoran, dan hotel. Sedangkan bunga
potong selain digunakan rumah tangga, juga digunakan oleh kalangan
perhotelan, perkantoran, organizer, florist, perusahaan jasa boga, dan
restoran besar dalam bentuk rangkaian bunga (Trubus, 2005).
Salah satu aspek dari kultur in vitro yang harus diperhatikan adalah
bagaimana tanaman hasil kultur in vitro dapat ditanam dan tumbuh baik di
lapangan dari kondisi iklim di dalam botol/green house ke lingkungan
iklim yang sebenarnya dilapangan. Melihat dari hal tersebut maka
mahasiswa konsentrasi kultur jaringan melakukan praktikum pengujian
bibit invitro anggrek agar anggrek dapat tumbuh dengan baik dilapangan.
Praktik pengujian bibit in vitro anggrek ini diharapkan mahasiswa dapat
terampil, lebih mengetahui dan memahami dengan jelas, baik dalam ilmu
pengetahuan dan praktikum pengujian bibit invitro anggrek yang
dilaksanakan.
1.2 Tujuan
Praktikum pengujian bibit invitro anggrek ini diharapkan :
1. Agara mahasiswa mampu menguji bibit invitro anggrek di lapangan.
2. Agar mahasiswa mampu membudidayakan anggrek invitro dilapangan
BAB 2. BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum produksi bibit tanaman anggrek pada bulan Desember 2009 –
Maret 2010, hari Senin dan Kamis. Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium kultur jaringan, green house dan lahan praktikum Politeknik
Negeri Jember
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu : handsprayer, dan penggaris.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu : bibit anggrek hasil kultur invitro,
kawat, pot, dan media tanam.
2.3 Metode Praktikum
Praktikum pengujian bibit in vitro anggrek ini dilakukan hanya
memindahkan dari bibit community pot ke pot tunggal. Jenis anggreknya
yaitu Phalaenopsis spp dan Dendrobium spp. Sebelum penanaman media tanam
dipersiapkan terlebih dahulu, media tanam yang digunakan adalah pakis,
arang, dan pecahan batu bata. Media tersebut dimasukan ke dalam pot
ukuran 15, posisi paling bawah yaitu pecahan batu bata, kemudian arang
lalu pakis. Setelah media siap bibit ditanamkan ke media tersebut
kemudian pot diberi kawat untuk menggantungkan lalu dilakukan penyiraman
kemudian digantung di green house.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah.
Anggrek udah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir
mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang
terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda
tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana,
berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek
larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis,
anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari
Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari
Jawa Tengah (Deputi Menegristek, 2010).
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu: 1)
Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai
untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari makanan adalah akar udara. 2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis
anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang
ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu
untuk mencari makanan untuk berkembang. 3) Anggrek tanah/anggrek
Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah. Manfaat utama
tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai
keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Sentra
tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah
Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatra ataupun di Irian Jaya (Deputi Menegristek, 2010).
Syarat pertumbuhan : 1. Dendrobium phalaenopsis 1) Angin tidak dan curah
hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek. 2)
Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan
cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek. 3) Suhu
minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 oC. Jika suhu udara malam
berada di bawah 12,7 oC, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk
ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng). 4) Tanaman anggrek tidak
cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban
udara di siang hari 65-70 %. Media Tanam Terdapat 3 jenis media untuk
tanaman anggrek, yaitu: 1) Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis
terdiri dari: 1. Serat Pakis yang telah digodok. 2. Kulit kayu yang
dibuang getahnya. 3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2
minggu. 4. Ijuk. 5. Potongan batang pohon enau. 6. Arang kayu . 7.
Pecahan genting/batu bata. 8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar
tanaman dan akarnya. Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel
pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti
kompos, pupuk kandang/daundaunan. 2) Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos,
sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya. 3) Media
untuk anggrek semi Terrestria Bahan untuk media anggrek ini perlu
pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan
kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan
lainnya Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1) Anggrek panas (ketinggian 0-650 m
dpl) Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 oC pada siang hari, 21 oC
pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl (Deputi
Menegristek, 2010).
Salah satu alternative pengembangan kultur anggrek secara masal dan
mengembangkan aanggrek agar tidak punah adalah dengan kultur jaringan.
Menuruut Sandra (2004) dengan kultur jaringan dapat melakukan berbagai
hal yang berakaitan denga pengembangan anggrek yang tidak dapat
dilakukan secara konvensional. Selain itu dengan kultur jaringan dapat
dilakukan perbanyakan anggrek dengan jumlah banyak dan waktu yang
singkat. Salah satu proses akhir yang paling penting dari kultur
jaringan anggrek adalah proses aklimatisasi.
Proses pengujian bibit invitro tembakau dimulai dari proses aklimatisasi
yaitu proses pengadaftasian tanaman dari kondisi lingkungan terkendali
di laboratorium ke lingkungan luar (lapangan). Pada Proses perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan
salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit
secara masal. Planlet atau tunas mikro pada tahap ini dipindahkan ke
lingkungan di luar botol seperti rumah kaca, rumah plastik, atau screen
house (rumah kaca kedap serangga) proses ini disebut aklimatisasi.
Proses aklimatisasi pada anggrek harus dilaksanakan dengan hati-hati,
terutama dalam mengeluarkan planlet dari botol. Pengeluaran planlet dari
botol dapat menggunakan pinset sebagai alat bantu dengan cara hati-hati
sehingga akar dari planlet tidak putus. Pengakaran pada tanaman anggrek
ini dilakukan secara in vitro di dalam botol yaitu pada saat masih di
laboratorium. Proses aklimatisasi yang dilakukan pada tanaman anggrek
dengan cara membersihkan media yang berada pada planlet. Hal itu
dimaksudkan untuk menghindari pertumbuhan jamur pada planlet. Proses
aklimatisasi dan pemeliharannya setiap tanaman berbeda-beda sehingga
sebaiknya penempatan spesies tanaman di green house harus dibedakan.
Pada tabel 3.1 dapat dilihat hasil pemindahan anggrek dari compot ke
seedling atau pindah satu tanaman ke satu pot. Dari 2 minggu pengamatan
menunjukan perubahan yang bagus dimana pada anggrek dendroium mucul
tunas-tunas baru. Hal ini didasarkan pada kondisi lingkungan green house
sesuai dengan kondisi budidaya anggrek, selain itu media yang digunakan
berupa pecahan batu bata, arang, dan pakis menunjukan respon positif
terhadap pertumuhan anggrek. Seperti halnya tanaman-tanaman yang lain
dalam budidaya anggrek juga harus diperhatikan kondisi lingkungan,
media, dan bibit yang digunakan. Perawatan anggrek harus dilakukan
dengan baik mulai penyiraman, pemupkan dan perawatan untuk mempersubur
tanaman. Kegiatan ini harus rutin dan harus peka terhadap kondisi
tanaman
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Praktikum produksi bibit tanaman anggrek dapat disimpulkan bahwa :
Mahasiswa pada umumnya sudah mampu membudidayakan anggrek
Mahasiswa sudah mampu menguji bibit in vitro anggrek
Pertumuhan anggrek dendrobium selama 2 minggu menunjukan pertumbuhan
yang bagus tumbuh tunas baru.
5.2 Saran
Melihat kendala-kendala dan tingkat keberhasilan yang terjadi pada
proses produksi anggrek menyarankan
Mahasiswa harus terus meningkatkan keterampilan dalam budidaya anggrek.
Perlu dilanjutkan hasil praktikum yang berhasil, dipelihara dengan baik
sampai tumbuh besar dan berbunga.
DAFTAR PUSTAKA
Menegristek. 2010. Anggrek. Jakarta: Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ekawati, E. 2008. Mikrpropagasi Tanaman Hortiukutura. Modul PJJ (Tidak
Dipublikasikan). Cianjur: PPPPTK Pertanian
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Sandra, E. 2004. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Trubus. 2005. Anggrek Dendrobium. Depok: Trubus
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
0 comments:
Post a Comment